Orang Tua Sadarkah Anda? Di Balik Senyum Remaja Ada Gejolak yang Butuh Didengar!

Orang Tua Sadarkah Anda? Di Balik Senyum Remaja Ada Gejolak yang Butuh Didengar!
foto : (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

JAKARTA (Lampunggo): Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KemenKPK) mengungkapkan kenyataan yang mencengangkan: kesehatan mental remaja Indonesia kian rentan, dan gaya komunikasi orang tua menjadi faktor krusial. 

Bagi para remaja, kesenjangan pemahaman dengan orang tua seringkali berubah menjadi jerat emosi. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Nopian Andusti, menyuarakan dengan lantang bahwa remaja masa kini bukanlah generasi yang lahir di era yang sama dengan orang tua mereka. 

“Pola pendekatan harus berubah, begitu pula cara berkomunikasi,” tegas Nopian di Jakarta, Sabtu.

Masih banyak orang tua yang mendambakan anak-anak mengikuti gaya komunikasi masa lalu. Namun, Nopian mengingatkan bahwa dunia mereka berbeda, begitu pula kebutuhan emosionalnya. 

Ketika remaja lebih nyaman mencurahkan perasaan pada teman sebaya, orang tua perlu menyadari bahwa ini bisa menjadi jalan yang berbahaya jika tidak ada bimbingan. “Tanpa arahan, mereka bisa terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat,” lanjutnya dengan nada khawatir.

Sebagai respons, KemenKPK telah menghadirkan solusi melalui Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) dan program Generasi Berencana (Genre) yang menyiapkan lebih dari 83 ribu konselor sebaya di seluruh desa. Mereka ini yang akan menjadi pendamping dan sahabat bagi remaja dalam menghadapi tekanan kehidupan. 

Lebih jauh, KemenKPK menggandeng UNICEF untuk memperluas pendampingan bagi provinsi-provinsi dengan kasus gangguan mental yang tinggi. 

“Kami akan turun langsung bersama UNICEF, memberikan pelatihan pada calon konselor sebaya,” ucap Nopian. Fakta dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkuat urgensi ini, mengingat lebih dari 700 ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun.

Dengan meningkatnya angka kematian akibat bunuh diri dan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional, peran orang tua dalam memahami gaya komunikasi yang sesuai zaman adalah kunci menyelamatkan generasi muda dari ancaman kesehatan mental. (red/ant)